Pages

Diam

Begitu lama aku mendiamkanmu
Aku sudah tak yakin kau masih rindu
Waktu kadang membunuh perasaan kita
Atau kadang kita yang berusaha membunuhnya
Bila kita tak mampu juga
Mungkin kita bisa mengabaikannya

Rencana Perpisahan

Aku benci caramu meninggalkanku. Engkau pergi di hari ketika kita merencanakan sebuah pertemuan. Dan untuk pertemuan itu telah aku abaikan banyak hal.

Untuk sebuah pertemuan, aku siapkan beberapa kata-kata indah. Aku takut karena tidak bisa menguasai pikiranku sendiri, hatiku terlucut ke bibirku dan semua menjadi berantakan.

Aku benci caramu meninggalkanku. Engkau pergi dihari kita merencanakan perpisahan..

Janji Bunga

Janji adalah waktu ketika kita harus melakukan apa yang kita ucapkan kepada orang lain, atau bahkan kepada hati kita sendiri.

Seperti janji bunga pada kupu-kupu, "Datanglah padaku satu pekan lagi, dan akan kuberikan kepadamu keindahan mekar bungaku," kata sekuntum bunga kepada seokor kupu-kupu. Kupu-kupu itu memandang sejenak, meyakinkan diri lalu pergi.

Satu pekan berlalu, dia datang kembali. Namun bunga itu masih saja dalam kuncupnya dan tidak menampakkan keindahan yang dijanjikan. "Pergilah, tepati janjimu untuk meninggalkanku bila aku tidak mekar hari ini. Dan aku akan menepati janjiku untuk rela membiarkanmu pergi."

Kupu-kupu itu berputar-putar, lalu bergelayut di tangkai bunga dan mendengungkan isi hatinya, "Aku bisa megingkari janjiku untuk pergi darimu, tapi aku tidak bisa mengingkari hatiku yang mengagumimu dalam segala keadaanmu. Aku tetap akan disini bersamamu."

Bunga itu terperanjat kegirangan mendengar jawaban itu, tanpa disadarinya kelopak-kelopaknya bermekaran, seperti tangan-tangan yang menggapai-gapai hendak memeluk kupu-kupu. Kupu-kupu itu mengecupnya, lalu sunyi...

Hepi BD, my flower.

Hanya Itu

"Aku akan memberimu keindahan bunga-bunga, ketenangan sungai-sungai, dan kesegaran pohon-pohon hijiau, " kata bumi kepada langit.

"Aku akan memberimu semua yang aku punya. Aku akan memberimu kehangatan matahari, memberimu keindahan awan, memberimu kesejukan embun, memberimu kesegaran hujan, " kata langit kepada bumi yang hampir separuh tahun merasakan panas kemarau sambil menyambarkan kilat lembut ke bumi.

Tiba-tiba panas matahari berganti kecerahan awan, lalu udara terasa sejuk, dan titik-titik air mulai turun. Sepanjang malam bumi tersenyum menerima segala anugerah langit itu.

Pagi tiba. Langit memberi kehangatan matahari baru. Bunga-bunga mulai tumbuh setelah kemarin hampir kering. Langit cerah indah biru.

"Aku akan memberimu semua yang aku punya," kata langit.

"Tidak. Aku tidak menginginkan itu semua itu. Aku hanya menginginkanmu, itu saja, " jawab bumi.

"Memang hanya itu yang akan kaudapat, " kata langit sambil menyambarkan kilat lembut ke bumi.

Rindu Laut

Antarkan aku melihat laut. Aku merindukannya dengan seribu kerinduan. Aku dengar kemarin dia marah. Mungkin karena aku mengabaikan panggilannya sore itu. Lalu angin membisikkan kepadanya sesuatu tentangku. Dan sepertinya aku harus mengatakan sesuatu sebagai alasan.

Hampir malam ketika aku sampai. Kulihiat dia menatapku dengan dalam. Dia hanya diam sepertiku. Aku tidak melihat mata yang marah pada wajahnya. Lalu aku duduk bersisihan dengannya. Dan seperti tangan-tangan yang lembut ujung ombak laut menenyentuh kakiku. Kutatap matanya, begitu dalam, begitu banyak rahasia disimpannya. "Aku tak sanggup memahamimu," Kataku padanya.

Matahari telah pergi beberapa detik lalu. Malam gelap datang. Masih saja tidak kukatakan sesuatu tentang alasanku kemarin. Lalu kami membicarakan banyak hal. Dan pembicaraan selesai ketika separuh malam telah lewat. Aku lelah mencoba memahamimu. Masih saja tidak kaukatakan sesuatu tentangmu. "Kamu tidak akan bisa memahamiku, namun tetaplah menyapaku, hanya itu saja." kata Laut.

Ah...aku tidak bisa melepaskan diri dari kekagumanku padamu, namun aku benci keangkuhanmu.

Mimpi Bulan

Tengah malam kamu terjaga, lalu menangis sambil duduk di pinggir ranjangmu. Aku hanya melihatmu saja sambil berharap engkau kembali merebahkan badanmu dan tertidur kembali. "Aku bermimpi buruk, aku bermimpi buruk!" Beberapa kali kamu mengulangi kata-kata itu. Lalu kamu berdiri dari tempatmu, membuka pintu kamar dan pergi ke belakang rumah.

Di tepi danau di belakang rumahmu, engkau menangis semakin keras. "Ternyata mimpiku nyata...ternyata mimpiku nyata....!" Kamu lalu menengadah ke langit, "Lihat, dia hanya menyisakan separuh....dia telah memakan separuhnya...!" Katamu sambil mengisak. Lalu engkau mengambil batu-batu kecil dan melempari danau itu.

Aku tidak bisa lagi membiarkanmu melakukan itu. Hari sudah larut benar. Aku takut orang-orang menganggapmu telah gila. Aku mencoba menenangkanmu, lalu memapahmu masuk kembali ke dalam rumah dan merebahkan tubuhmu yang lemah sambil mengusap pipimu yang basah. Lalu kamu tertidur kembali ketika hari hampir pagi.

Satu pekan engkau tidak keluar dari pintumu. Entah apa yang kaupikirkan. Dan ini adalah hari ketujuh engkau menyimpan tubuhmu di dalam sana. Tengah malam, engkau terjaga lagi, duduk di pinggir ranjang untuk beberapa detik, lalu keluar ke belakang rumah seperti kemarin. Lalu kamu menengadah dan melihat bulan tersenyum penuh. Entah apa yang kamu rasakan, masih saja kulihat matamu yang basah.

Masih Kausimpan

Dengar!
mulai pagi ini aku tidak akan pergi ke taman
memetik setangkai bunga
lalu memberikannya kepadamu
berharap engkau memberikan simpati

Benar
aku memang temanmu, sahabatmu atau mungkin lebih
tapi untuk apa bunga-bunga ini kukirim?
engkau memang pernah memintanya
dan aku menduga engkau mulai bosan
atau bahkan tidak mengharapkannya lagi
aku lihat kemarin sore setangkai bunga
terbuangdi dekat tempat sampahmu

Sore datang
aku benci melewati pintumu
aku takut engkau melihatku dan memalingkan muka
lalu aku memilih jalan lain
aku memilih lewat saja di belakang rumah
di sana aku lihat bunga-bunga indah di taman kecil
ah...aku mulai yakin itu bunga-bunga yang dulu kuberi
maaf! Mungkin aku salah mendugamu
lalu bunga siapa yang kaucampakkan di tempat sampah itu?

Kabar Angin

Sore lalu angin datang menyapa
Suaranya lembut memenuhi telinga
Nafasnya harum, hangat menyentuh pipiku
Dalam suara lirih diakabarkan berita
Hujan akan datang akhir purnama ini

Setangkai bunga melonjak kegirangan
Tidak terasa sehelai daunnya jatuh
Sehelai daun yang layu sejak seminggu yang lalu
Aku tersenyum melihat semua itu

Sore kemarin angin kembali datang menyapaku
Membawa berita lain
Hujan mungkin terlambat datang
Setangkai bunga di sampingku semakin layu
Wajahnya pucat hampir kering
Aku ambil air, lalu mengguyurnya
Dia terjaga, lalu berkata, "Oh hujan, engkau telah datang."
"Ini bukan hujan, ini aku." kataku

Sore ini angin kembali datang menyapaku
Sebelum sempat berkata, bunga mendahulinya
"Jangan katakan apapun, jangan beritakan apapun."
Angin diam, lalu berlalu pergi.
Aku menerka-nerka apa yang akan disampaikan angin
Mungkin dia akan mengabarkan bahwa hujan tidak akan pernah datang

Angin Kemarau

Kemarau ini begitu panjang
Angin panasnya menampari wajahku
Pernahy aku ingin berteduh di bawah lindapmu
Tapi lihatlah! daunmu jatuh berguguran
AKu hanya berdiri menatapmu
Berharap akhir musim ini engkau kembali bersemi
Adan aku kembali bertenduh di bawahmu
Bukan karena panas matahari, tapi karena dingin hujan

Perasaan

Dalam pertemuan yang tidak disengaja itu aku merasakan ada hal besar terjadi. Aku mulai mengaguminya, bahkan mulai mencintainya. Mungkin kamu tidak percaya apa yang aku rasakan ini. Kamu menuduh aku seorang yang hanya bermain-main dengan perasaan, menyusun kata indah tentang hal-hal aneh yang kuhayalkan.

Ah..tidak aku tidak selalu begitu. Ada kalanya aku harus serius seperti sekarang ini. Menghayati segala perasaanku kepadamu, perasaan yang baru saja tumbuh. Padahal dulu, lama sekali kita bersama. dan baru sekarang rasa itu ada. Lalu engkau pergi dari hadapanku ketika aku membelakangimu. Dan ketika aku berbalik, engkau sudah tidak ada. Tapi perasaanku mengatakan engkau belum benar-benar pergi. Hanya bersembunyi di suatu tempat dekat sekali denganku, atau bahkan kamu sedang tersenyum mengintipku, melihatku cemas akan kamu dari tempat persembunyianmu.

Hari hampir gelap. Engkau tidak keluar juga. Aku masih berdiri di tempat terakhir aku melihat engkau. Dan perasaanku masih saja mengatakan. engkau tidak akan sekuat itu meinggalkanku.

Arti Jarak Ini

"Dan, menurut kamu apa artinya jarak ini?"
"Tidak ada." katamu
Aku terdiam, "Benar? kamu tidak bohong kan?"
"Iya." katamu
Lalu kamu terdiam, terdengar tangismu mulai mengisak. "Aku benci semua ini. Sepertinya kamu tidak pernah ada. Kamu terlalu jauh, kamu tidak bisa kuraih!"
Lalu aku bayangkan ribuan kilometer jarak yang harus kutempuh, jika saja aku ingin menggapaimu. "Dan, aku juga benci jarak ini."